fadhilah
saat fajar datang, aku selalu berusaha melupakan setiap luka yang sempat hadir. menyembuhkannya dengan senyuman, membalutnya dengan semangat baru. entah, aku ingin saja melupakan setiap luka yang kau ukir, entah bagaimana dalamnya, itu kemauanku setiap datangnya matahari.
aku tidak peduli, bagaimana sakitnya. ini yang aku inginkan, tetap bertahan dalam luka. karena aku yakin, setelah hujan ini, akan ada bintang-bintang yang mengindahkan semuanya. aku terlalu yakin itu. hingga, aku tidak sadar, setiap goresan itu tidak lagi terasa.
akan hanya ada kebingungan diantara kita, jika tidak ada penjelasan tentang semuanya. mungkin sedikit kaku memulainya, tapi, jika seperti ini terus? hanya akan ada penafsiran yang salah. iya, aku yakin itu. berusaha memaknai setiap kata, tapi ujung-ujungnya? salah penafsiran. bagaimana jika selama ini itu yang terjadi? tokoh dia, aku anggap aku. kalau bukan aku? ah, bodoh!
tapi kalau aku? entahlah!
apa sebenarnya yang kubicarakan ini? perasaan hati yang kian gundah? setiap hari harus menjadi stalker hanya untuk mengetahui bagaimana kabarnya. tapi setiap saat pula, sesak itu ada ketika aku memulai peranku itu. rasa cemas, bimbang, semuanya menyatu. ah, aku bingung!!!
sekarang? yah, aku selalu berusaha memaknainya dengan sebaik-baiknya, walau bayang-bayang yang pudar. kesimpulannya sama sekali belum kudapat. bukankah penjelasan lebih real dibanding hanya menerka-nerka?
oke, saya masih berusaha memberanikan diri untuk memulainya. entahlah, rasa cemas diabaikan terlalu besar dari segalanya. ahh, sekali lagi bodoh!
1,2,3. oke, mulai!
0 Responses

Posting Komentar